Kamis, 18 Juni 2009

film dokumenter di tanah air udah maju beluum siih ??


Film Dokumenter merupakan sebuah karya seni yang berorientasi pada Realita sebuah kehidupan. Film Dokumenter memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan karya film fiksi. Film Dokumenter lebih berpihak pada kebenaran sesuai dengan sebuah fakta yang ada.

Perkembangan Film Dokumenter di Indonesia saat ini sudah bisa dikatakan maju, hal ini juga tidak lepas dari peranan Komunitas-Komunitas Film Dokumenter.

Keberadaan Komunitas-komunitas Film Indie saat ini semakin menjamur seiring dengan kemajuan dunia teknologi dan informasi. Tidak sedikit dari mereka mempunyai program-program khusus dalam pengembangan film dokumenter, mulai dari program pemutaran film yang bertujuan untuk mendorong minat masyarakat dalam berkarya di bidang dokumenter dan meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap film dokumenter tersebut.

Selain program pemutaran film, ada juga program produksi film seperti yang sudah dijalankan oleh In-Docs (Jakarta) dengan program kick start yang bertujuan untuk mengembangkan serta mengajak masyarakat luas untuk menuangkan ide mereka dan mengikuti pelatihan (workshop) serta produksi film langsung yang dibiayai oleh In-Docs.

Sebuah pesta film yang paling ditunggu-tunggu adalah sebuah Festival Film yang juga merupakan sebuah program dari beberapa Komunitas Film. Festival Film merupakan sebuah ajang untuk berkompetisi sehingga mendorong minat dan semangat para sineas dokumenter untuk menghasilkan karya film yang lebih baik. Festival Film Dikumenter (FFD) salah satu festival bergengsi yang ada di tanah air, tepatnya diselenggarakan di Jogjakarta. FFD merupakan program festival rutin dalam 1 tahun sekali,disinilah berkumpul berbagai film dokumenter dari berbagai daerah di Indonesia.

Tidak hanya di tanah Jawa saja, di luar Jawa pun perkembangan film dokumenter juga semakin ramai, misalnya di kota Medan ada Komunitas Film Dokumenter yang bernama Sineas Film Dokumentary (SFD). Tidak jarang pula mereka mendapatkan penghargaan atas karya-karya filmnya.

Semoga perkembangan film dokumenter di tanah air terus berjalan karena Film Dokumenter merupakan sebuah karya seni yang berpihak pada sebuah realita dan kebenaran.

Festival Film Dokumenter 2008 ..

FFD 2008 telah berakhir semalam, ditutup dengan malam penganugrahan pemenang di Benteng Vredeburg Yogyakarta, Sabtu 13 Desember kemaren. Acara malam penutupan berlangsung dengan sederhana namun meriah.

Romo Banar, juri utama kategori pendek, didampingi oleh Curtis Levy dan Katinka Van Heeren membacakan pemenang untuk tiga kategori FFD 2008. berikut dibawah ini adalah para pemenangnya:

Film Terbaik kategori Panjang : The Couductor karya Andy Bachtiar Yusuf; Film Terbaik Kategori Pendek : Gubuk Reot Diatas Minyak International karya Tedika Puri Amanda dan Kukuh Martha Afni;Film Terbaik kategori Pelajar : Kejarlah Sahabat karya Komang Ayu Lestari ; Tembi Award untuk Film Favorit Juri Komunal : Gubuk Reot Diatas Minyak International karya Tedika Puri Amanda dan Kukuh Martha Afni. Juri juga menghadiahkan Special Jury Mention untuk Homo Homini Lupus karya Yuslam Fikri Ansari (Yufik).

Tedi maju ke podium dua kali, menerima dua penghargaan untuk untuk filmnya, Gubuk Reot Diatas Minyak Internasional. sementara itu, Andi Backtiar, sutradara The Conductor yang tidak bisa hadir diwakili oleh Swastika. Yufik tampak berkaca-kaca saat memberikan ucapan terimakasihnya di depan podium. Film dokumenter pendek yang bercerita tentang konflik antara perkebunan dengan penduduk lokal ini mendapatkan penghargaan khusus juri.

Film-film terbaik FFD tahun 2008 memberikan kejutan tersendiri bagi juri yang menilainya, demikian diungkapkan oleh Romo banar, sementar Curtis Levy memberikan apresiasinya yang tinggi terhadap film-film itu, dimana ia bisa melihat lebih banyak lagi tentang Indonesia.

Sementara, SEA award, penghargaan khusus untuk dokumenter Asia Tenggara diberikan kepada Mad About English, karya sutradara Lian Pek dari Singapura.

Selamat kepada para pemenang!

film dokumenter ?!?!!


Film dokumenter merupakan penemuan baru untuk mengatasi kegelisahan orang atas hilangnya pengalaman visual. Karena peristiwa berlalu dengan cepat maka orang sering membuat ikon atau tiruan dari kenangan tersebut, misalnya foto kekasih di dompet, meja, dsb.
Dalam kenyataannya selalu ada kesenjangan antar visual yang dibuat kamera dengan kondisi nyata. Sekarang menjadi bertambah kompleks, karena ada suara, warna, dll sehingga semakin tdak sesuai dengan realita. Kita melihat realita dengan sepotong-sepotong, misal melihat seseorang tdak bisa menyeluruh.

Dengan demikian imej visual sangat dibutuhkan . Foto dan film bisa membantu, tapi juga bisa mengganggu. Tampilan bisa melampaui kebutuhan kita. Kamera menampilkan apa yang tidak bisa kita tangkap. Mata biologis hanya melihat apa yg ingin kita lihat. Maka imej visual yang kemudian kita anggap sebagai dokumen -karena diperlakukan sebagai arsip dan disimpan sebagai data- melampui kebutuhan orang yang membuat film. Maka pertanyaan yang kemudian muncul adalah : Apakah film dokumenter memenuhi kebutuhan obyektif suatu riset?

Bisa dikategorikan sebagai obyektif karena secara mekanik, digital dan sebagian chemic. Mata biologis pun mengambil obyek yang memang benar-benar kita butuhkan. Peristiwa ini kemudian diubah menjadi obyek penelitian. Penelitian itu sendiri tidak ada yang benar-benar obyektif. Lalu untuk apa riset ini?
Kalau hanya untuk kebutuhan filing system, maka penelitian hanya berhenti di lemari, tapi riset ini adalah riset transformasi. Riset perfilman menjadi bagian dari transformasi itu sendiri. Dari tayangan film orang dapat merefleksi dirinya sendiri sehingga ia dapat merubah dirinya sendiri. Jadi film bisa membentuk kenyataan. Ada dialektika antara film dengan kehidupan sehari-hari. Dalam konteks besar orang menyebutnya sebagai proses mediasi, dari citra visual, menjadi mediasi untuk membentuk realita.

Untuk membuat film dibutuhkan riset yg reflektif, tentang polah obyek, isu-isu yang berkembang, dsb. Riset dalam Film Dokumenter dianggap penting dalam penciptaan film dokumenter. Di Indonesia sendiri, pendanaan untuk riset film-film dokumenter dinilai masih sangat kurang. Dalam proses produksi film dokumenter, riset yang efektif dilakukan selama dua bulan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman Garin Nugroho saat bekerjasama dengan NHK Jepang.

Dalam analisis terhadap hasil riset, banyak orang menganalisanya tanpa tahu jenis dokumenter apa yang akan dibuatnya. Riset sendiri bersifat kompleks karena harus mampu mengorganisir manajemen teknik, ide, lokasi dan lain-lain.
Untuk itu tim riset yang dibentuk harus komprehensif, bisa memadukan sebuah bentuk organisasi yang struktural dengan organisasi yang non struktural. Hal ini bisa menciptakan ide-ide yang �gila� dan tidak terduga. Dalam riset lapangan juga diperlukan orang yang memang benar-benar paham lokasi shooting. Seorang sutradara tidak mencari periset yang dekat dengan dirinya tetapi seorang periset yang mengerti kondisi lokasi. Dengan kata lain, baik periset maupun tim produksi sepenuhnya mengabdi pada film yang akan diproduksi.

Kelemahan dari pencipta film adalah mencari tim periset dengan ego pribadi. Ambisi pencipta fim adalah ambisi terhadap fim itu sendiri. Misal untuk membuat film yang berhubungan dengan kehidupan anak jalanan dibutuhkan pendamping-pendamping anak jalanan yang benar-benar mengerti kehidupan mereka. Pendamping pun ternyata berbeda-beda. Ada pendamping yang mengerti masalah psikologi anak, masalah penampilan, dsb. Jadi langkah awal yang perlu diperhatikan dalam membentuk tim riset adalah mengerti benar kegunaan atau jenis film tersebut sehingga tim yang terbentuk adalah tim yang tahu kegunaan film tersebut. Seringkali yang terjadi di langkah awal pembentukan tim riset ini adalah seorang pencipta film lebih mengutamakan egoismenya sehingga film itu sendiri tidak lagi menjadi masalah yang penting.

Riset itu sendiri memiliki bidang kerja yang berbeda-beda. Untuk melakukan riset terhadap subjek dan wilayah memerlukan berbagai macam disiplin ilmu, sosial, politik, sosiologi, dll. Misalnya membuat film tentang Papua, pencipta film harus tahu dimana saja wilayah konflik, suku apa saja yang mendiami tempat tersebut, bagaimana hubungan antar suku atau penduduknya, dsb. Sedangkan untuk riset yang berhubungan dengan administratif kerja harus tahu tempat-tempat yang dibutuhkan untuk mendukung tim kerja, misalnya jadwal buka POM Bensin, informasi tentang hotel, jarak dan waktu, transportasi, dsb. Tim periset juga harus bisa bekerjasama dengan kru-kru lokal yang mengerti persis keadaan lokasi, misal saat shooting di Aceh akan lebih baik merengkrut sopir yang tahu atau kenal dengan GAM sehingga memudahkan transportasi, dsb. Saat melakukan pembuatan film di daerah-daerah konflik, mutlak dibutuhkan regu pengaman, aparat desa, ketua agama. dll. Di daerah konflik juga dibutuhkan kemampuan berdiplomasi.

Riset tentang SDM dan hal-hal lain mutlak penting bahkan untuk hal-hal sekecil apapun sehingga tidak ada pertanyan-pertanyaan yang menghambat kelancaran pembuatan film.
Pembuat film harus tahu SDM yang terlibat secara personal. Ia juga mengetahui dan mengerti kelemahan dan kelebihan setiap anggota tim, bila perlu tes langsung. Hal yang harus diperhatikan juga pada riset SDM adalah watak tiap kru sehingga dapat saling melengkapi. Fokus dan pengembangan ide film akan lebih mudah apabila masalah-masalah teknis di sekitar lokasi shooting telah teratasi dengan baik.

Dari segi teknis kamera, riset yang baik bisa sekaligus memenuhi kebutuhan dalam pengambilan-pengambilan gambar. Periset yang baik juga harus memperhatikan bagaimana posisi atau penempatan kamera yang baik , semisal pembuat film menginginkan gambar yang dramatis di pagi hari. Posisi kamera sudah mengerti tempat atau angle yang baik untuk men-shoot matahari, bagaimana komposisi yang baik, dari segi suara dan sebagainya sehingga hasil gambar sesuai dengan yang diinginkan. Terkadang periset juga harus membuat peta wilayah tersebut sampai pada tingkat bagaimana curah hujan (kemungkinan longsor, misal), dan sebagainya.

Riset juga berhubungan dengan tema film. Riset tema film berhubungan dengan penguasaan pada wacana yang menyangkut disiplin ilmu dan kebutuhan mendiskripsikannya ke bentuk visual. Periset harus tahu alasan suatu wacana, dan dapat menuangkan ke dalam bentuk visual. Pendampingan kepustakaan dan ahli lokal juga penting dan harus dilakukan.

Seluruh point-point riset ini dikumpulkan dan dibuat point-point detail, dari jenis huruf, peta daerah, hingga pemotretan secara detail. Bila unsur-unsur periset terpenuhi, sutradara atau filmaker akan enak sekali dalam pembuatan film lebih lanjut. Segalanya bisa dilakukan dengan cepat, tepat dan pasti.

Metode riset yang akan digunakan berkaitan dengan pengembangan ide. Seringkali para pembuat film tidak tahu harus berangkat darimana saat akan menentukan tema film yang akan diangkat. Oleh karena itu dilakukan klasifikasi terhadap subyek, misal tentang Kalimantan. Kalimantan bisa dikategorikan menjadi hutan, sungai atau faktor-faktor sosial lainnya. Kemudian menentukan keterkaitan antara klasifikasi tersebut dengan kehidupan sosial, seni, dll yang diperinci lagi, misalnya jenis perahu yang digunakan, hewan-hewan yang ada di sekitarnya, dsb sehingga tema bisa berkembang dari temuan-temuan seperti itu.

indo sama malay tuu gmn siih ??


oo em jii !!!
agaiinn !!
lagii, laggi dan lagii akuu terjebak dalam kebingunganku mw nulis appan disinii ..
tp appa mauu d kata laah .. demii tugass ..

emm ..
gg tauu kebawaa angin appan nii ..
semalam tu kayaknya aku dapet ilham ato wangsit .. mboh rarooh laah ..
tangs buaat Pak Novin , dosen AV kuu yang makin hari makin imuut aja .. [ mujii lagii paak ..]
yang udah ngasih tugas seaneh tapi bermanfaat ini .. dan finally ..
saya memutuskaan ..
akaan mengurus blog ini sebaik mungkin ..
haha ..
yah .. minimal kalo ada dosen yang ngasih tugas seaneh ini lagi gg perlu kalang kabut laah ..
jd jgn kaget ya paak .. kalo saya inii semuanya cuma ditulis dalam 2 hari .. haha !

lanjuud !!
harii ini lumayan serru di perkuliahan ..
different gituu laah . secara "kuliah internasional" cing !! ha .
namenye ejje kuliah internasional .. ya semuanya serba elit laah ..
pakee kursi emuk , yang aku yakin anak anak pasti lebih milih ninggalin bekas air liurnya di situ ketimbang dengerin perkuliahan ..
truus pake AC pulaa .. wew ! lebih terlelap laah anak anak ..
ada konsumsi pulaa .. ini yang penting buaad akuu .. haha ..
and ..
kali ini pematerinya adalah seorang professor asal Malaysia .
His name is Prof . Datuk Dr . Abdul Latiff Abu Bakar , salah satu guru besar asal Universitas Malaya , Malaysia .
Beliau sebenarnya berbasic sejarah , tapi saat ini sedang menjabat sebagai dosen Seni dan Sastra.

well ..
kesan pertama yang akuu dapet .. beliau orang yang sangat ramah dan supel ..
inii nii yang paling penting .. kesan pertama !!
gg tauu kenapa yah .. aku tuh selalu menilai orang dari kesan pertama yang diperlihatkan ..
ya kayak Bapak yang satuu itu tuh ..
dari senyumannya ajja udah ngasih liat kalo dia itu orang yang patut dihormati , dan yang pasti berpengetahuan luas ..

then ..
kuliah kalii ini bertemakan " Peran Media Massa dalam Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia ".
weew !! waktu denger pertama kalii ajja akuu udaah tertariik ..
pastii ada singgung singgung masalah manohara nii ..
yaelaa .. gg munafiik laa akuu .. secara infotainment isinya manohara muluu ..
walopun cici paramida jugaa .. hehe ..

soo ..
secara gariis besar nii ..
yang bisa akuu tangkep .. kaloo komunikasi ituu penting looh ..
apalagi komunikasi diantara hubungan bernegara ..
[for this time we talk about indo - malay laah ]
naah .. komunikasi tersebut seharusnya juga bisa dilihat dari segala segi . misalnya kacamata islam , Melayu dan Barat .
then . untuk case Manohara VS Kerajaan Kelantan , Prof . Abdul Latiif ini cuma berpendapat , kalo sebaiknya kita patut menyaring , dan menyeleksi apakah media sudah memberikan kita berita yang benar ..
kitaa tuu gg bleh terlalu percaya sama media , apalagi yang akhir akhir ini ada di tipi tipi tu ..
kita sebagai generasi muda yang bermasa depan cerah , mesti mengikuti sumber yang tepat dan gg bohong .. termasuk masalah Manohara .. [againn !!]

yang bisaa akuu tangkep lagii nee ..
pers itu adalah orang ketiga yang membuat hubungan antara kedua negara ini terpecah belah ..
sooo ..
kitaa sebagai warga negara yang baik harus bisa memilah , mana berita yang benar dan mana yang tidaak ..
untung ajja hubungan Indo - Malay ini masiih kokoh .. terbuktii saat Malaysia memberikan bantuan ke Indonesia berupa pesawat untuk membantu Indonesia memadamkan kebakaran ..
weeww !! saluut deh buat Malaysia ..

Rabu, 17 Juni 2009

mesti d tonton nii , tmand tmand ..


inii nii .. salah satu film dokumenter iang menurutku .. emm .. wewww .. kereeen !!!! ceritanya tentang seorang wanita bernama Elsie - Perempuan Kepala Keluarga dari Larantuka, NTT.

Elsie, seorang perempuan kepala keluarga dari Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Memiliki seorang anak tanpa ikatan perkawinan karena laki-laki yang menghamilinya pergi meninggalkannya begitu saja. Hanya dengan membayar denda adat, laki-laki dengan mudahnya bisa terlepas dari tanggungjawab dan pergi sesuka hati. Tinggallah Elsie sendirian yang harus berjuang menghidupi anak dan keluarganya. Beban Elsie juga bertambah berat karena mendapat tekanan dan gunjingan dari masyarakat. Status Elsie sebagai seorang ‘janda’ tanpa menikah belum bisa diterima oleh masyarakat.

Dalam video ini digambarkan bagaimana keteguhan dan perjuangan keras seorang Elsie dalam menjawab persoalan hidupnya. Ditengah tekanan adat yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang peranan utama, dia berjuang seorang diri, tanpa suami, tanpa mengeluh, tanpa putus asa.

Tahun 2001 Elsie bergabung dengan kelompok PEKKA dan aktif sebagai pengurus. Sebagai seorang kader lokal, Elsie aktif mendampingi beberapa kelompok, menjadi pengurus LKM (Lembaga Keuangan Mikro) yang mereka bentuk, mengorganisir forum wilayah dan lain-lain. Elsie telah membuktikan bahwa perempuan juga mampu untuk berbuat bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk masyarakatnya.

apa c dokumenter ituu ???

Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman ‘aktualitas’—potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan dan tanpa media perantara. Walaupun kadang menjadi materi dalam pembuatan dokumenter, faktor ini jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu sendiri, karena materi-materi tersebut harus diatur, diolah kembali, dan diatur strukturnya. Terkadang bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran shot (type of shot), pencahayaan dan lain-lain agar dapat mencapai hasil akhir yang diinginkan.

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam sebuah pembahasan film karya Robert Flaherty, Moana (1925), yang mengacu pada kemampuan sebuah media untuk menghasilkan dokumen visual suatu kejadian tertentu. Grierson sangat percaya bahwa “Sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality” (perlakuan kreatif atas keaktualitasan). Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis representasi lain dari realitas itu sendiri.

Kebanyakan penonton dokumenter di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan kode dan bentuk yang dominan sehingga mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut. Misalnya penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh voiceover, wawancara dari para ahli, saksi dan pendapat anggota masyarakat, set lokasi yang terlihat nyata, potongan-potongan kejadian langsung dan materi yang berasal dari arsip yang ditemukan. Semua elemen khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai sebuah bentuk sinematik.

Ini penting ditekankan, karena dalam berbagai hal, bentuk dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni karena seakan-akan dokumenter cenderung menjadi bersifat jurnalistik dalam dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan dokumenter dalam bentuk pemberitaan, terdapat perubahan kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik oleh para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini. Dan kini perdebatannya berpindah pada segi estetik dokumenter karena ide kebenaran dan keaslian suatu dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan dan diubah sehubungan dengan pendekatan segi estetik dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya.

Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam yang ia sebut sebagai “film non-fiksi” Daftar ini secara efektif menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama. Kategori-kategori tersebut adalah:
• film faktual
• film etnografik
• film eksplorasi
• film propaganda
• cinéma-vérité
• direct cinema
• dokumenter

hehe ..
sorii maap mayorii ya paak ..
yang ini ngopi nih paak ..
hehe ..
bapak ganteng deh .. he .

appa c bedanya video dokumenter sama video komunitas ?!

hahaha !!
akhirnya akuu punya ide ..
hihi .

astagaa !!!
sappa tuh yg lewaat ?!
maaaakkk .....
lupaaakaan !!

back to topic !
waktu aku ikut mata kuliah AV -agaaiin !!!- iyalaah .. skrg khusus ngebahas AV , AV dan AV ..
tugaas cing !
waktu itu pak Novin yang makin imut ajja tiap hari .. ciaelaah .. mujii lagi lah dikiit !
lagii ngebahas tentang video komunitas ..
well .. basicly .. ngerti laah ..
tp ,, kadang masiih susah ngebedain antara video komunitas n video dokumenter..

well ..
kisahnya akuu mauu membandingkan nii .. ciaelaa ..
okee ..
we`ll start from documenter video ..
argh ! ribet deh pake bahas cinta lauraa ..
naa ...
yang akuu tauu niih yaa .
kaloo video dokumenter tuu ..
* iang menentukan keseluruhan isi , ya si pembuat dokumenter ..
* iang ngambil gambar , ya si pembuat and kadang make kameramen profesional ..
* iang mendanai pembuatan , ya si pembuat film and terkadang with team jugga ..
* documenter lebih mentingin produk ..
* iang menyebarkan , ya si pembuat dan bergabung dengan pihak lain ..

dan ...
kaloo video komunitas tuuh ..
* iang menentukan keseluruhan isi , ya orang yang berada dalam lingkup komunitas tersebut ..
* gg perlu naskah ..
* iang ngambil gambar , ya org dlm komunitas ato bergabung dengan fasilitator lain ..
* iang mendanai , ya org dlm komunitaas ..
* lebih mementingkan proses ..

huff ..
cuma segini nih yang akuu tauu ..

aduuh !!!
diaa lewaaat lagii !!
arghhh !!!

tugas ini membunuhku !!

well ..
ini blog kuu selanjutnya , setelah akhirnya blog ini aku anggurin !
hmm ..
bingung mauu nulis appa !!
gg tauu knapa , akhir akhir ini aku sama skali gg punya ide , mood , bahkan keinginan buat nulis .
naaa ..
masalahnya ..
kali ini pun tugas UAS kuliah dasar AV berhubungan sama yang namanya tulis menulis ..
nulis tentang perkuliahan lah pastinya ..
gg mungkin diary anak anak yang dikumpulin trus dinilai sama Pak Novin - dosen AV ku - kan ..

terbersit di kepala kuu ..
aha !!! lampu di atas kepala mode on *
copypaste di internet ajja ..
hahaha !!!
ups !!!
tidaaaakkkkk .....
akuu anti plagiat !!
gilaa ajja ..
kmana harga diri seorang penulis .. ciaelaaah ....

truus ??
nuliss appa ni ?
yaelaah .. nii otak gg pernah kenal kata kompromi appa !
okee .okee .
berfikiir mode on *

well . mending aku cerita ajja kalii yah ..
ini bermula saat Pak Novin , yang lain dan tak bukan adalah dosen AV kebanggan kamii .. ciaelaah .. muji muji dikit lah .. biar nilaai lebiih .. hihi ..
lanjuud !!
tugas bikin film kami yang pertama saat UTS kmaren ..
yuhuuii !!
akuu pasti antusias lah ..
secaraa dari dulu aku emang seneng yg namanya bikin film ..

take pertama ..
menurut kuu lumayaan seruu lahh ..
waktu itu tugas kami membuat satu film dokumenter tentang pemilu 2009 ..
yup ! kelompok kami sudah memutuskan untuk meliput tentang kegiatan kampanye , sama tanggapan para warga tentang pemilu ..

first reservation ..
kantor polisi . lumayan lah buat wawancara dikit , sama nanya jadwal kampanye .
dan sialnya ! hari itu kami gg beruntung buat ngeliput kampanye , gara gara kejauhan !! alasaan logis skali !!
so .. kitaa ke pasar !
ini pertama kalinya aku menjajaki kakiku yang mungil , indah berseri , harum sepanjang wangi .. halah !! ke pasar di malang .
yaah ... ternyata gg jauh beda sama di balikpapan ..
dan mulailah kita pengambilan first take !
yang bisa aku ambil pada saat itu ..
ternyata banyak banget masyarakat yg masih blum terlalu mengerti tentang pemilu 2009 .
selebihnya ... ya mereka cuma bisa mengharapkan pemerintahan selanjutnya bisa lebih bikin masyarakat sejahtera ...
lha .. ko jd ngomongin pemiluu ..

back to first take !
habis dr pasar .. lanjud ke alun alun buat pengambilan take dengan sasaran yg sama ..
dan yang kita dapet lebih dr yang kita harepin lah ..
ini lagi yang bisa aku tangkep ..
ternyata memang masyarakat kelas menengah atas dan menengah bawah jauh berbeda dr segi pengetahuan ..
terbukti saat di alun alun , kebanyakan mereka lebih ngerti masalah pemilu ketimbang orang orang di pasar tadii ..
well .. yang pasti aku bersyukur .. aku berada di kalangan orang orang yang beruntung ..

and ..
yang akuu dapet lagi pada saat itu ..
ternyata bikin film itu susaaaaahhh ,, ribeeetttt ,, capeeek ,, walopun menyenangkan !!
haha !!